I have dreams and goals in my career.
But now all of them seem to fade away. Now I decided to stay at home and taking care of my baby.
Yap, this is one of the most important decision ever made. Originally, saya merencanakan untuk tetap bekerja sampai setidaknya Alma berumur lima tahun lalu quit, but God said no, and I have to leave it like now, immediately. Keputusan ini diambil bukan sekadar karena I have the guts to leave or I think that my husband can provide everything including my SK-II when they are run out, buying the latest shoes or build a larger home every time I want it. No. My lil' family have its own financial insecurity. And my family, I and my husband esp, hope that I can help it even in a bit. But again, God said no. I have to leave now.
The consideration itself based on my Mom health condition and my own lack of trust to baby sitter or baby day care (Mama juga enggak percaya sama mereka, and this is why in the first I don't hire one), and all other minor reasons. Kalau dilihat-lihat ke masa sebelum Alma lahir dan saya sakit, Mama sudah sangat membantu dan berkorban banyak untuk saya. Setelah Alma lahir dan saya memutuskan kembali bekerja, Mama pun dengan sukarela membantu menjaga Alma, dan ketika Mama sakit seperti sekarang, saya tidak bisa berpaling dan menjadi pribadi egois sendiri. Ngotot mau kerja demi mengejar mimpi dan mencari rupiah. Di titik inilah saya harus berkorban buat Mama, setidaknya, buat anak sendiri dan kebahagiaannya. Saya memutuskan untuk berhenti bekerja secara tiba-tiba dan merawat anak sembari menjaga Mama.
Sejujurnya, jika saya ditanya mana lebih susah, bekerja atau di rumah merawat anak, demi NEPTUNUS, di rumah merawat anak jauh lebih susah ketimbang menghadapi 100 deadline sekaligus. Apakah saya lebay dan melebih-lebihkan? No. Kalau di kantor, bosan tinggal jalan-jalan muter kantor balik lagi ke meja. Lapar tinggal ke kantin makan atau menyantap bekal. Cape tinggal tidur di meja. Jaga anak di rumah jangan harap bisa kaya gitu. Marah tinggal bentak-bentak dan gebrak meja. Istirahat ada jamnya yang udah pasti. Di rumah bosan mau jalan-jalan, Alma enggak ada yang jaga. Kadang mau makan baru satu suap eh Alma poop. Cape mau bobo anak melek minta diajak main. Mau marah anak rewel enggak mungkin karena dia enggak ngerti apa-apa, percuma marahpun mending sabar. Istirahat? YOU WISH.
It does sound creepy? YAS! I DOESN'T JUST SOUND CREEPY. IT IS SOMETIMES CREEPY especially kalau saya sebagai orang yang ngantornya sesehari di meja enggak harus ke luar kantor dan jalan-jalan sebagainya. Positif thinkingnya saya sih ya mungkin sekarang belum terbiasa, jadi harus belajar dulu lebih banyak.
I am originally a goal getter, orang yang mengeset diri sendiri dengan banyak goawlals yang harus dicapai dan berusaha mencapainya. Now I am completely surrender for greater cause, Mama dan Alma, dengan mengorbankan diri sendiri dan mimpi-mimpi di langit yang tinggi, yang semakin jauh tinggi berada.
But now, hey, I can see Alma everyday, enggak galau kangen Alma lagi atau nangis di malam hari karena kangen anak. Fakta ini, membuat saya bahagia, SANGAT BAHAGIA. Apalagi sekarang Alma lincah luar biasa dan semakin pintar.
Kalau ditanya apakah akan balik kerja lagi setelah Mama sembuh? Saya enggak tahu, karena Alma sudah mulai attached sama orang di sekitarnya termasuk saya. Mungkin kalaupun bekerja saya akan mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah, dan berharap job ngeblog semakin banyak, walau receh, sih.
I hope that I can through this hardship flawlessly, buat siapapun yang membaca blog ini, saya mohon doanya, dan please don't start the debate about ibu harus bekerja atau harus di rumah. Semua punya alasannya sendiri dan mari saling menghargai, bukan apa-apa, sih. Biar bahagia aja.
Love,
M~
Sehat terus buat Iboo. Tambah pinter buat Alma. Semangat kerjanya buat Bapak :))
BalasHapus