Saya tidak pernah mengenal kata baby blues hingga beberapa tahun lalu, ketika kawan-kawan saya satu
per satu mulai menginjak jenjang kehidupan yang lebih serius, menikah dan
memiliki anak.
Image by Rick Kirkman (for non commercial purpose) |
Jika kamu, calon ibu, kesasar ke blog ini karena googling, jangan
khawatir. Karena inilah cerita yang benar-benar saya alami, bukan rekayasa.
Bukan sekadar copy paste dari
internet.
Hal yang pertama yang saya lakukan, yang mungkin
menghindarkan saya dari baby blues adalah bersiap-siap sedari awal sebelum
melahirkan. Memang baby blues
dirasakan saat baru melahirkan, kalau saya, saya sedikit beda.
Saya menghadapi sedikit kekhawatiran sebelum melahirkan
karena penyakit saya, khawatir bayi kenapa-kenapa karena konsumsi obat yang
banyak dan susah makan. Namun, saya tidak membiarkan diri dalam prasangka itu
terlalu lama. Konsultasi dengan dokter
Yola (Obgyn saya) dilakukan dengan sangat intens mengenai segala macam hal.
Mulai dari A-Z, masalah medis atau curahan hati. Dan beliau bersikap sangat
ngemong sekali dan sabar. Orang lain mungkin konsultasi dengan dokter Yola
hanya 15 menit, saya? Bisa satu jam.
Enggak cuma konsultasi sama dokter Yola, kita harus banyak belajar, baca dan
bertanya. Belajar dari buku, artikel di internet. Atau sekadar curhat
dengan kawan-kawan saya yang lebih duluan melahirkan. Ini sangat membantu
sekali.
Sesudah menikah, mungkin yang berubah adalah status kita.
Sesudah punya anak? Yang saya rasakan adalah bagaimana kita merasa ada orang
baru yang hadir, yang sangat kita kenal namun asing disaat yang bersamaan. Tak
pernah ditemui sebelumnya, namun rasa cinta membuncah. Ini buat saya adalah
campuran emosi disaat yang bersamaan hingga menangis, bukan karena sedih, namun
kaget dan senang, dan khawatir di saat yang bersamaan. Kaget punya orang baru,
senang dengan kehadirannya dan khawatir akan kemampuan kita menghadapi dia,
semua emosi ini bercampur. Untuk mengatasinya, bahagiakan diri kamu sendiri! Bahagialah
sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan. Sebelum melahirkan habiskan
waktu sebanyak-banyaknya dengan suami karena masa pacaran akan segera berubah
karena kehadiran si Kecil, baby moon pas banget. Jalan-jalan,
makanlah ke tempat paporit bareng suami. Sesudahnya, jangan takut untuk bermain
bersama si Kecil dan mengajak suami nonton bareng ataupun berjalan-jalan. Do
it! Butuh me time setelah melahirkan,
why not? Kondisikan dengan suami, bilang saja butuh me time dan gantian
menjaga si Kecil. Suami yang baik, insha Alloh, akan siap melakukannya kok.
Jangan khawatir mengenai hal ini, semakin kamu menahannya semakin banyak hal
yang membuat kamu mengeluh dan tidak nyaman. Di kondisi saya, karena saya LDR,
setiap akhir minggu jatah mengasuh saya lebih banyak daripada suami. Sekadar
tidur lebih lama atau nonton film bareng juga cukup kok.
Setelah itu, jangan
khawatir untuk mengkondisikan apapun dengan suami, jangan takut untuk curhat
sama suami agar dia mengerti. Ajak
si Kecil ngobrol pun bermanfaat kok. Emang dia ngerti? Ikatan hati akan
selalu memiliki hubungan khusus. Di keadaan saya, anak selalu lebih anteng saat
saya sakit, seakan-akan dia mengerti masalah yang dihadapi oleh ibunya apa. Dan
saat itulah saya selalu bersyukur
mengenai apapun yang terjadi dalam hidup saya, dan hal inilah yang membuat saya
lebih bahagia dan terhindar dari baby
blues yang berkepanjangan.
Dan kalau ada orang
yang terlalu banyak ikut campur dalam keluarga baru kamu, jangan terlalu
didengar, yang bertanggung jawab pada kebahagiaan kamu itu kamu sendiri,
bukan orang lain, apalagi tukang komentar. Ada yang keukeuh nyuruh saya
nyusuin, padahal udah jelas enggak keluar ASI-nya, dan Alma nangis terus. Karena
dia punya hernia di pusar, saya tidak boleh membiarkan dia menangis terlalu
lama. Jadinya? Ya kasih saja susu yang ada. Saya tidak bisa memaksakan kehendak
dan idealism saya harus ASI, sementara keadaan tidak memungkinkan sama sekali.
Sekian cerita saya. Be happy and jauh-jauh deh tuh baby blues.
Sehat terus buat Ibu sama Alma :*
BalasHapus*mau banyak curhat kalo nanti udah menjelang nikah sampe punya anak, ah* :p
Kalau dengerin orang lain emang capek ya Mbak Dewi, yang lebih mengerti keadaan kita ya kita sendiri.
BalasHapusSaya dulu sempat 2 bulan ga kasih ASI karena mengalami bingung puting. Tapi kayaknya ga sampai baby blues karena ada keluarga yang selalu men support :)
Alhamdulillah dua kali melahirkan belum pernah baby blues. Malah kalo pas hamilnya sering mewek pas anak pertama. :D
BalasHapussemoga nanti aku enggak baby blues juga deh
BalasHapusAdikku waktu hamil anak kedua direcokin mertua dan saudara-saudara iparnya. Hasilnya ponakannku yang kedua ga seceriwis kakaknya. Mungkin ada hubungannya juga ya dengan apa yang dialami adikku ini dari hamil sampai lahiran. Bahkan buat akikah pun rempong direckoin.
BalasHapusNoted!! Pas banget nemu artikel ini pas lagi hamil 7 bulan mbaaa... Makasih ya sharingnya... Lagi banyak hal yg ditakutkan jg ni masalah melahirkan dll hehehe... Makasi sekali lagi :)
BalasHapus