When you are saying that someone is a bad leader, have you ever be a good leader your self?
Usually, seseorang yang berkata bahwa orang lain adalah seorang pemimpin yang buruk, or well, complaining someone as a bad leader at all time is never been in the same shoes. I am not saying that it is easier to be a follower. Menjadi pengikut seorang pemimpin memiliki konsekuensi dan tantangannya tersendiri, dan tantangan yang paling sulit adalah to keep in the same path with your leader. Banyak bangetkan pengikut yang pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pemimpinnya karena banyak alasan, dan pada akhirnya hanya beberapa orang yang tetap berjalan bersama dengan pemimpinnya. Tetap berjalan bersama dengan seorang pemimpin bukanlah tentang mengenai kamu menjadi orang yang terus-terusan dicekoki oleh pemimpin lalu nurut terus. Tidak. Terus bersama seorang pemimpin bukan hanya bagian dari nurut terus, well mungkin sebagian kecilnya. Bersama berjalan dengan seorang pemimpin yang sama dari awal hingga akhir, ketika tujuaan tercapai, adalah bentuk komitmen dan kepercayaan. Dan menjadi kewajiban seorang pengikut jualah menjaga martabat seorang pemimpin. Setidaknya begitulah apa yang saya pikirkan.
Ketika menjadi pengikut memiliki kesulitan dan tantangannya sendiri maka menjadi seorang leaderpun sama. Menjadi seorang leader, pemimpin, adalah sebuah hadiah tersendiri buat kita. Ada pengalaman yang sangat berharga ketika menjadi seorang pemimpin. Dan ada banyak kesulitan yang akan dihadapi, dari yang paling basic hingga yang paling tidak terduga sebelumnya. Aku dulu adalah KM di sekolah dasar, dari kelas 1 sampe kelas 3, ada anak kepala sekolah yang entah kenapa dijadikan KM (Ketua Murid) di kelas 3 pertengahan aku menggantikan dia sampe kelas 6. Pada saat bersamaan saya menjadi ketua pramuka. Dan ini berlangsung hingga saat kuliah, saya jadi ketua (kadang kala). I used to be a strict bitch, saklek lah kalau bahasa orang di Pulau Jawa. It is indeed easier to be strict. Salah hukum, bener dan memberikan kontribusi akan dapat hadiah. Reward and punishment lebih mudah dilakukan. Dan dari sejak zaman Jepang hingga sekarang zaman Penjajahan Kegalauan, ada satu hal yang tidak pernah aku lakukan ketika menjadi ketua-ketuaan itu, mengeluarkan anggota. Zaman dulu, pernah ada orang yang menjadi anggota kelompok tapi cuma mau enaknya aja. Ogah. Aku marah? Iya, aku blak-blakan. Aku langsung tegur, tapi dia tetap gitu. Lalu apa yang aku lakukan? Aku buat form penilaian. Aku nilai semua orang, dia? Jangan mengharapkan aku menjadi orang baik, nilai dia F. And at the same time, akupun memberikan form penilaian terhadap diri sendiri kepada member. Nilaiku ga bagus-bagus banget. B cukup? Cukup.
Seiring berjalannya waktu, aku menjadi lebih, *considerate ?* dalam beberapa hal. Sampe kadang terlalu longgar. Kenapa? Karena ketika orang menjadi dewasa, mereka memiliki ego masing-masing. Kalau kata Bapak, "Orang dewasa punya egonya masing-masing, bukan hal yang mudah menerapkan reward and punishment. Kadang banyak hal yang harus diperhatikan ketika memimpin orang dewasa." And it is true. Omongannya benar sekali, dalam hal kepemimpinan, aku tidak pernah meragukan beliau. Beliau menjalankan karirnya sebagai seorang anggota TNI dari mulai pangkat paling rendah. Bisa dikatakan dia tau bagaimana rasanya menjadi pengikut. Selama aku mengikuti perjalanan kariernya sebagai seorang TNI dari pengikut hingga saat ini menjadi seorang komandan, jujur tidak pernah melihat sekalipun anak buahnya membencinya. Bahkan terakhir kali ketika pergi ke Makassar untuk pindah dinas dari Bandung, anak buahnya menyayangkan hal itu. Dan hal itu kembali terjadi saat ini ketika beliau kabarnya akan dipindahkan lagi, anak buahnya menahan beliau untuk kembali ke Bandung.
Dari semua cerita yang pernah beliau ceritakan padaku, beliau tidak pernah memerintah dengan baik-baik terus. Menjadi tentara penuh dengan kekerasan. Beliau galak, sempat aku meyaksikannya sendiri. Tapi terlepas dari hal itu, sebuah kekuatannya yang paling besar, beliau selalu berpikir lama sebelum mengatakan sesuatu. Beliau adalah orang yang penuh pertimbangan. Dan dari cerita anak buahnya, beliau selalu membagi apapun bersama dengan anak buahnya. Termasuk kue-kue enak yang ada di acara apapun, beliau tidak pernah memakannya sendirian. "Kan ini buat Teteh, Dede, Neng, Mama. Kalau Bapak makan sendiri gak enak atuh inget yang di rumah. Jadi dibawa ke rumah." Dan sampai sekarang masih sama seperti itu. Dan akupun menjadikannya panutan. Di satu sisi dia galak, tapi semua perbuatannya dilakukan setelah mempertimbangkan dengan seksama.
After a long journey, in my personal point of view, ada banyak hal yang menjadikan memimpin itu sulit. Salah satu yang tersulit adalah memanage sebuah konflik. Ketika para pengikut tidak bisa menyatukan pandangan mereka terhadap sebuah hal, tugas pemimpinlah untuk mempersatukannya. Dan ini tidaklah mudah, I actually almost give up handling this one recently. Dan ketika itu terjadi, kamu sebagai seorang pemimpin harus selalu adil. Walaupun pada kenyataannya akan ada pandangan pribadi terhadap seseorang yang sedang terlibat konflik, tapi itu harus di kesampingkan.
Selain itu, kita sebagai pemimpin tidak boleh menjadi temen, a leader is a leader. Seseorang mungkin mencoba untuk menjadi seorang teman ketika menjadi pemimpin agar tawar menawar dalam beberapa hal menjadi lebih mudah. Dan mudah juga memahami pengikut, but again leader is a leader. Ketika kamu menjadi teman, tidak akan ada authority yang dipegang. Memegang authority bukan pula menjadi seseorang yang otoriter, harus ada jembatan yang dibangun di antara ke duanya. Susah? Iya. Penjelasannya aja sekusut ini gimana actionnya?
Dan hal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah pikiran positif dan kebanggaan atas semua pengikutnya. Buatku pribadi, pengikut adalah bagian dari diri saya sendiri. Jika diibaratkan pemimpin adalah kepala, dan pengikut adalah kaki, tangan dan mata. Tanpa kaki, tangan dan mata apa yang bisa dilakukan seorang pemimpin? Gak ada. Jadi memperlakukan pengikut dengan baik adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
Pada akhirnya, menjadi pengikut dan pemimpin adalah sebuah timbal balik. A for A, B for B. And for those who see me as a leader now, I will ask you to trust me, and please, be there forever. If I have something bad that I might be done in the future, remind me. And in return, I will trust you too, remind you. When I become a leader, I will try my best to be a good, best leader for you.
Keep it up fellas!
D
Orang dewasa punya egonya masing-masing << bener nih
BalasHapusKamu gimana?
Hapusaku seperti ini :D
Hapus