Pages - Menu

Kamis, 19 Desember 2013

Komplek Margahayu Raya: Perumahan atau Arena Balap?

Silakan digaris bawahi bahwa saya adalah warga Margahayu Raya Bandung sejak kecil sekali. TK, SD, SMP, SMA, KULIAH, Kerja tetep tinggal di tempat ini, rumah yang sama, yang nama jalannya adalah planet-planet di galaksi, yang konon katanya komplek perumahan terbesar di Asia Tenggara.

Ini asli, saya sangat kesel nulis ini. Beberapa hari terakhir ini orang-orang yang ada di komplek, saya gak tau penghuni atau bukan, kelakuannya kurang ajar. Dan ketika nulis ini, saya lagi dibuat kesel oleh motor yang digerung-gerung di deket kantor di MTC. Like, seriously? Di sekitar kantor gak ada bengkel motor, dan saya harus mendengarkan orang nge-gerung-gerung motor sekitar lebih dari duapuluh menit. Gak peduli sama orang lain yang notabene membutuhkan ketenangan. Okelah kalau itu adalah hak dia, tapi meeeen, ini komplek kantor, bukan tempat bengkel!

Saya harus akuin kalau gak semua orang mempunyai kebijaksanaan untuk bijak dalam berkendara dan menggunakan kendaraan. But guess what? Menurut saya cara kamu berkendara mencerminkan kelakuan kamu! Sumpah!

It will be full of complains tentang bagaimana kelakuan orang komplek sekarang dalam berkendara. Saya rinci satu-satu.

1. Bocah SD/SMP NGEBUT DI JALAN KOMPLEK
Gak yakin kalau bocah-bocah ini salah. Ini pasti salah orang tuanya? Pasti! Orang tua di komplek Margahayu Raya yang saya tau ini kebanyakan bekerja, orang tua saya kebetulan hanya Ayah yang bekerja, Ibu di rumah sibuk dengan urusan organisasi. Jadi tetep sama seperti kebanyakan orang Margahayu Raya, orang tua bekerja. Di rumah tidak ada orang yang mengawasi. Beberapa anak-anak di sekolah SD, SMP, SMA yang ada di lingkungan komplek masih doyan naik sepeda atau hanya diperbolehkan naik sepeda. Sayapun dulu begitu.

Tapi kenapa orang tua karier ini memberikan kendaraan bermotor sama anaknya yang kecil-kecil? Gak akan jauh, alasannya pasti kalau bukan karena ingin memudahkan, membuat anak mandiri, dan yang terakhir yang gak bisa ditoleransi adalah mereka gak bisa menolak keinginan anak? Serius nih pak, bu? Mau takluk sama anak? Baca deh ke bawah dan pikirkan dengan bijak apakah dengan memberikan apa yang anak mau sama dengan memberikan kebahagiaan.

Lalu suatu hari, beberapa tahun yang lalu sepertinya, saya dibikin kaget! Ketika saya di jalan melihat anak SMP, more surprisingly ketika ada anak berseragam SD, bawa motor! Lalu kebut-kebutan kemudian bonceng tiga! TRIPLE TROUBLE! Yang pertama ada di pikiran bukan pengen marahin bocah itu, walaupun kesel banget, tapi pertanyaan "Where are your goddamn parents?" Bocah SD dikasih bawa motor? Serius lo?

Banyak alasan kenapa seseorang baru boleh membawa kendaraan bermotor pada usia 17 tahun. Alasannya salah satu adalah kematangan emosi dan mental. Berkendara mengharuskan seseorang untuk bisa stabil dalam mengendalikan emosi, jika tidak maka akan membahayakan. Lagi kesel, lagi marah, sedih, bawa motor? Innalillahi. Keadaan jalan yang tidak bisa diprediksi membuat beberapa orang dewasa stress. Coba kamu pikir apa yang bakalan terjadi kalau bocah itu stress gara-gara jalanan? Membuat mereka berkendara motor, membiarkan itu buat aku pribadi bukan memberikan pendidikan biar mandiri atau kebahagiaan pada seorang bocah. Tapi seperti membiarkan mereka mati di jalanan! Dan membiarkan mereka stress sebelum waktunya. Kalau kamu salah satu dari orang tua yang memberikan izin berkendara dan membiarkan anak terbiasa dengan hal ini, saya harus bilang, anda kejam.

Ibu dan bapak membiarkan mereka membawa kendaraan di luar aturan, dan mereke tau itu salah. Secara tidak sadar, kalianlah yang membiarkan dia belajar untuk tidak mengikuti aturan. See my point here? Saya mungkin belum menjadi orang tua. Tapi saya memiliki adik yang berusia 12 tahun lebih muda. Dia minta diajari motor, saya tolak, lalu dijelaskan. Dan dia mengerti. Kalau diberikan alasan adik saya berbeda dengan anak anda. Saya juga harus mengatakan bahwa saya bukan anda yang sudah menikah dan punya anak. Saya hanya anak muda, belum menikah, yang keras kepala untuk membuat adik saya mengerti bahaya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan nanti terlalu cepat. Saya sayang adik. Tidak mau dia mati sia-sia karena teledor berkendara. Saya bukan tidak mau membahagiakan dia dengan memberikan keinginannya. Saya hanya berpikir, segala sesuatu memiliki saat yang tepat untuk dilakukan.

Membiarkan mereka menggunakan motor memang membuat segala sesuatu lebih cepat. Tapi apakah ibu atau bapak tidak mau memberikan pelajaran tentang sabar? Silakan lihat, sekarang banyak anak-anak yang apa-apa pengen buru-buru, keinginannya pengen segera dipenuhi. Coba dipikir kenapa? Terlalu memanjakannya. Saya jujur malah berpikiran, kalau beberapa orang tua cuma pintar bikin anak. Tapi gak mau ngajarin anaknya biar pintar, please forgive my language. Beberapa kenyaataan kadang harus ditamparkan ke muka seseorang biar dia sadar tentang hal yang terjadi. Anda boleh cape sama kerjaan, tapi mengajari anak tentang segalanya bukan sesuatu yang pantas untuk dikeluhkan. Apa yang terjadi pada anak akan terus melekat pada diri anda selamanya. Kalau anda merasa tidak bisa memberikan dia pengertian ketika pertama kali mencoba, coba 10 kali, 100 kali, 1000 kali. Demi apa? Demi membayar kelelahan anda dari pekerjaan dengan kebahagiaan mutlak yang harus didapat oleh anak

Beberapa anak, dulu, lebih dikenalkan pada sepeda dan berjalan bersama teman-teman. Kenapa? Tentu dengan menggunakan sepeda dan berjalan mereka bakalan lebih sehat karena berolahraga secara tidak langsung. Berjalan dan bersepeda memungkinkan mereka berkomunikasi dengan banyak kawan, terutama jika mereka pulang sekolah bersama-sama. Selain itu, dengan mereka berjalan dan bersepeda kegiatan menjadi terjadi lebih lambat. Mereka punya kesempatan untuk memahami lingkungan sekitar. Kesadaran mereka terhadap yang terjadi disekelilingnya akan terbangun dengan baik. Sementara pada saat naik motor? Semua kebalikan  yang terjadi!

2. CIK ATUH TONG KEKEBUTAN DA LAIN SIRKUIT
Udahlah gak usah kekebutan! Ini komplek men bukan sirkuit! Pernah suatu hari saya liat ada motor dan mobil yang ngebut. Mentang-mentang jalanan kosong saya cuma jalan atau naik sepeda dikomplek, ngebut, ngelakson. Saya di komplek gak pernah bawa motor lebih dari 30km/jam dan itu udah cepet! Tapi kalau ada yang ngebut, saya pasti dikelakson. Pada saat bawa motor atau jalanpun dikelakson. Jujur, saya kecewa dengan kelakuan kaya gini.

Kenapa saya kecewa? Coba yang suka ngelaksonin orang pake sepeda atau sedang jalan mikir dulu sebentar. Salah kami apa? Sudah jalan dengan benar di jalur benar, tidak memboroskan anggaran BBM negara, tidak bikin polusi juga. Kalian pake kendaraan bermotor itu menyumbang polusi mengotori lingkungan, ngabisin subsidi bbm, ngabisin cadangan tenaga! Orang yang sedang berjalan atau naik sepeda, di pinggir, gak ganggu jalan kenapa mesti dikelakson? Udah ngotorin lingkungan, malah tidak mau menghargai orang yang memilih untuk sehat dan tidak memberikan polusi tambahan pada lingkungan? Pikir baik-baik.

Dan kalau alasan kamu sedang buru-buru, telat, sehingga ngebut dan ngelakson, I don't give a damn. Eta mah salah anjeun, naha beut telat? Telat and buru-buru mah ya udah mulai aja pergi lebih awal! Jangan malah ngerugiin orang lain dengan kesalahan sendiri. Teu boga kaera!

3. Ngelanggar aturan lalu lintas, punten, tiasa maca rambu?
Sering nemu orang yang belok gak pake lampu sign? Atau sen di Margahayu Raya? Pernah liat orang ngelawan arus? Sering nemu yang ngelanggar rambu dilarang belok kiri ke pengkolan yang mau ke MTC? Sok saya tanya apa kamu satu di antara sekian banyak orang itu? Mun enya teh ngerakeun! Naha kudu era? Nya era weh. SIM meunang nembak teh tong ditingalikeun teuing lah. Pura-pura saeutikmah. Pura-pura eta teh SIM resmi. Pura-pura kemaren lulus tes mengemudi. Kalau emang kamu lulus tes mengemudi pasti tau banget lah arti dari tanda-tanda di rambu lalu lintas. Gensi atuh euy, udah tes, mahal bayar eh malah ngelanggar peraturan lalu lintas. Ngerakeun pisan lah eta mah bener!

Lain masalah males, mun didinya make jalan keur sorangan mah kop bae! KOP BAE! Da ini teh jalan bersama atuh, mun didinya males ngahurungkeun sen, ngalawan arus, nyieun macet tah pang-pangna mah. Jaba lain eta hungkul kang, teh. Eta teh picilakaeun kabatur! Kapikiran teu? 

Jangan karena di jalan sekarang gak ada polisi, pedah ieu jalan komplek bisa saenakna. Di hutan wae aya hukum, komo di kota? Kalau ngaku orang terpelajar dan beradab. setidaknya belajarlah untuk menunjukkan hasil belajar. Jangan malah merendahkan diri dengan melakukan yang seharusnya tidak dilakukan oleh pribadi yang terpelajar dan beradab!

4. Helm tah! Helm.
Ieu mah pendek weh lahnya. Eta mastaka, kepala, teh ngan hiji. Mun beulah, kalau pecah, sing demina EUWEUH GANTI! Jaga yang bener. Tong diobral, sombong bobogaan hulu hiji ge meni kacida agul!


Tah eta tah kakesel abi teh. Ayeuna mah alhamdulillah tos teu aya nu gegerungan deui. Hujan weh muruhpuy. Sareng bentar tarik, sararieun. Kalau ada yang mau share, silakan. Saya yakin ini bukan fenomena yang hanya terjadi di Margahayu Raya. Tempat lainpun gitu.

Sok sing palalinterlah.



Nuhun tos maca. 


Dewi

10 komentar:

  1. Ya sepertinya beberapa orangtua belum terlalu menyadari bahaya yang mereka berikan ketika anak mereka yang masih di bawah umur diperbolehkan mengendarai motor -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku yakin, mereka jauh lebih dari hanya paham, paham sekali. cuma kenapa gak ngeh :(

      Hapus
  2. tolong digaris bawahi, saya warga TKI juga merasakan hal yang sama, bedanya yang kekebutan dan bikin semrawut jalan bukan penduduk TKI melainkan perumahan penduduk di sekitarnya XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. tki mah msih sepi sih ya ciii, aku suka kesel sendiri wkwkwk sempet ada anak2 sd kelas 3 lah, bawa2 metik yang berat dia bener2 deh ya bikin kesel karena kekebutan, eh abisnya masa dia gangguin sarang lebah deket rumah tetangga

      Hapus
  3. ngebut di area komplek ya wi?
    kayaknya bukan cuma di bandung aja di jakarta juga banyak tuh yang kayak gitu, biasanya ynga ngebut anak yang baru bisa bawa motor.
    biasalah karena blm pernah jatoh jadi blm tau rasanya masuk rumah sakit

    BalasHapus
  4. wah, orang margahayu toh? deket dong dari rumahku... hihihi

    iya nih, aku paling sebel kalau liat anak-anak bawa motor. kalau cuma sendiri dan jalannya santai sih ga papa, lah ini ada yang bonceng tiga pake ngebut segala. kecelakaan baru deh nangis ngadu ke orang tua...

    Nyunyu Bagi-bagi Duit!

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh kamu di mana? eheh

      iya kesel kalau udah gitu apalagi :(

      Hapus
  5. True banget ini margahayu sekarang tuh ga kaya dulu yg adem ayem ga banyak hal hal yg meresahkan warganya. Dan untuk masalah anak di bawah umur berkendara motor sering nih depan rumah ku biasanya anak anak kampung sebelah yg main dan sempet kejadian 3 siswi smp berkerndara bonceng 3 trs ngebut begitu keenakan ngebut mereka lepas kendali akhirnya nabrak mobil tetangga depan + pot tetangga sebelah sampe belah padahal potnya itu dari semen kebayang kan ngebutnya mereka kaya apa, begitu di minta tanggung jawab karna nambrak mobil mereka malah cabut gabalik lagi. Dan itu kejadian ga sekali dua kali tapi sering san hampir tiap minggu pasti ada aja anak ngebut / sosoan jempingin motor terus jatuh di sekitar rumah.

    Tambahan : jaman sekarang di margahayu ntah itu anak tk - smp udah mulai berani ngerokok di publik. Apalagi anak sd sering banget aku liat mereka ngerokok masih pake seragam ngerokok dalam 1 hari mungkin hampir 1 bungkus. Ga ngerti lagi sama anak anak jaman sekarang kyk yg gapunya masa depan gitu

    BalasHapus
  6. Yes sebagai warga margahayu raya pas margahayu raya masih 3 rumah yg di bangun dan yg lain masih belum. Saya merasakan hal yg sama sama teteh, banyak perubahan yg bikin miris bgt.

    BalasHapus

Wanna say something?
The comment is yours