Sulit memikirkan apa yang harus dibagi dengan anggota DPD RI dan masyarakat. Melihat dari sudut pandang berbeda, titik yang tidak terlihat oleh orang lain.
Pikiran melayang pada headline surat kabar yang mengatakan bahwa pendidikan di Jawa Barat gagal. Pendidikan Jawa Barat report-nya merah! Kok bisa? Disaat mall-mall baru hadir, ditambah Sekolah Internasional yang sekarang menjamur di beberapa kota besar Jawa Barat. Ditambah Koalisi Pendidikan Kota Bandung (KPKB) berkesimpulan pendidikan di Kota Bandung telah gagal menjalankan kewajibannya. Semua indikator penilaian pendidikan dinilai bernilai negatif. Dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jawa Barat lebih rendah dari angka partisipasi nasional!
Kegagalan pendidikan=kegagalan perabadan! Pendidikan berpengaruh pada semua segi. UNESCO melihat pendidikan sebagai kunci membangun dan memperbaiki bangsa.
Jawa Barat, daerah dengan nilai kebudayaan dan peradaban yang tinggi(termasuk faslafah pendidikan). Tapi Falsafah itu tidak tercapai jika dibandingkan dengan kenyataan. Bukan masalah Depdiknas saja tapi Jawa Barat, masalah DPD RI dari Jawa Barat.
Sebagai anggota DPD RI akan saya suarakan "REFORMASI PENDIDIKAN JAWA BARAT! SELAMATKAN NILAI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAWA BARAT!" Bukan hanya suara keluar, tapi jalan keluar. Lihat nilai-nilai pendidikan Sunda dan Indonesia yang terlupakan, melemah. Mengapa menggabungkan nilai pendidikan nasional dan sunda? 1.Proses perbaikan pendidikan harus memerhatikan nilai-nilai lokal, 2. Agar pendidikan dan kebudayaan bersatu, memperkokoh Jawa Barat!
Ki Hajar Dewantara mewariskan nilai pendidikan nasional yang sangat penting: di depan memberikan teladan, di tengah membangkitkan semangat, di belakang memberikan dukungan. Pendidikan diciptakan oleh orang baik yang menjadi panutan, mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang - orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Dan dimaksud di sini adalah guru. Siapapun bisa menjadi guru, termasuk anggota DPD sekalian yang terhormat.
Dan menjadi guru yang baik, akan menghasilkan murid yang baik pula. Nilai Sunda melihat bahwa seorang manusia harus mencari pendidikan setinggi-tingginya, pengkuh agamana, luhung elmuna, jembar budayana agar terbentuk masyarakat yang Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer. Akan saya jelaskan tentang konsep Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer di bawah ini dalam bentuk realisasi.
Cageur artinya sehat (jiwa dan raga). Menciptakan proses pendidikan yang menyehatkan jasmani dan rohani.
Bageur artinya baik. Hal ini menyangkut tata krama yang mesti diajarkan bukan hanya di sekolah, tapi juga di rumahSunda mengenal tiga jenis perilaku:kepada sesepuh, seumuran dan lebih muda. Setelah bageur ada kata pinter dan singer. Pinter/pintar adalah kognitif. Bagaimana membentuk SDM yang cerdas, cerdas dalam knowledge.
Setelah menguasai cageur, bageur dan pinter. Singer( mawas diri, terampil) adalah pelengkapnya. Konsep-konsep sebelum singer hanyalah konsep jika tidak disertai aplikasi di kenyataan. Singer menekankan pada praktek setelah pemahaman yang ada.
Maka setelah pemaparan di atas diharapkan partisipasi orang Jawa Barat (Sunda) di Indonesia akan meningkat setelah menerapkan konsep filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara dan nilai Sunda. Dan pada akhirnya prestasi orang sunda di berbagai aspek kehidupan di tanah kelahirannya akan naik. Terlebih akan naiknya kontribusi Orang Sunda di NKRI.
Itu yang saya lakukan jika menjadi anggota DPD Indonesia dari Jawa Barat. Pendidikan berbasis Nilai Sunda, nilai yang saya pahami dan cintai semenjak kecil.
Posted from WordPress for Android
It's a good article.
BalasHapusYang tinggal dilakukan ya hanya realisasi aja sih.
I know you're a good writer! :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTahukah Anda? Saya tidak melihat menjamurnya mal-mal serta sekolah-sekolah internasional sebagai sesuatu yang baik! Sungguh! Sungguh bukan sesuatu yang baik.
BalasHapusGedung-gedung tinggi (selain mal) simbol kapitalis. Sarang bagi mereka yang memikirkan keuntungan pribadi tanpa memikirkan orang lain. Saat ini, Bandung khususnya, menjadi lebih individualistis, mungkin pengaruh perkembangan djaman juga. Bandung tidak lagi seadem dulu, tidak terlalu berbeda dengan Jakarta, bahkan di saat akhir pekan, macet di mana-mana. Banjir ketika hujan. Sampah di mana-mana, dsb.
Sedangkan sekolah internasional adalah bentuk lain dari terjajahnya kemandirian pendidikan Indonesia. Cuma di masa sekarang, orang tua mengajarkan Bahasa Inggris kepada anaknya saat usia yang terlalu dini, padahal bahasa ibu mereka sendiri pun (Indonesia) belum bisa. Ketika bahasa Indonesia saja jadi bahasa kedua, lalu bagaimana nasib dengan kekayaan budaya kita melalui bahasa-bahasa etnik kita?
Pesan saya, jika mimpi Anda terealisasi, terus junjung tinggi kearifan lokal, karena pada akhirnya, hanya nilai-nilai luhur dari kearifan lokal saja yang bisa tetap mempertahankan kita.
Zdart Zain
BalasHapusMOGA IMPIAN DAN CITA-CITA LUHUR TERKABUL NANTINYA... AMIN. PEMERHATI MASALAH PENDIDIKAN JG SALUT YA... EMANG FAKTANYA SKRG PENDIDIKAN DI INDONESIA RUWET DAN AMBURADUL KARNA TDK DIMANAGEJ DGN BAIK OLEH PENGAMBIL KEBIJKAN DLM HAL INI PEMERIN...TAH DAN ELEMEN-ELEMEN YG NANGANIN MASALAH PENDIDIKAN... BOLEH DIBILANG SAAT INI PEMERINTAH GAGAL MEMBUAT RAKYATX MEMPEROLEH HAKNYA DLM BDG PENDIDIKAN... PEMERINTAH SEHARUSNYA ADA POLITICAL WILL MEMAJUKAN DAN MENGANGKAT NILAI2 YG ADA DLM HAL PENDIDIKAN MUATAN LOKAL YG MASING2 DAERAH PUNYAI...DENGAN PENDIDIKAN ITU SENDIRI BISA MENCETAK MANUSIA CERDAS,UNGGUL,TANGGUH,MANDIRI DAN BERKARAKTER...SAMPAI SKRG MASIH TANDA TANYA AKAN KEMANA POTRET WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA... AKANKAH NANTINYA STLAH JADI ANGGOTA DPD PERWAKILAN JAWA BARAT "Mahadewi S. Shaleh Chandradiredja" SEBAGAI PENDOMBRAKNYA... BERMIMPILAH KAWAN KRNA SEMUA DIAWALI DNG MIMPI DGN TEKAD USAHA YG GIGIH... SEIRING BRPROSESNYA RUANG DAN WAKTU TAMPA TERSADAR IMPIAN DAN CITA2MU AKAN BERGERAK MEMGHAMPIRIMU...
alhamdulillah... masih keneh aya geuning nu reueus kana Sunda. simkuring sapuk kana anjeunna. da sunda eta nyalira sanes arti kabudayaan wae, tapi sunda teh
BalasHapusajaran. ku kituna nilai-nilai nu aya dina sunda lamun di larapkeun kana pendidikan eta leuwih ngeuna jang masyarakat Jawabarat. Hurip Sunda.!!! Urang sunda Hudang euy..! CAG.
Wowww Lovely... Thankssss a Lot Baby :*
BalasHapusOke Min... udah dicek ulang. Terima Kasih. FYI... aslinya ini tulisan 1.500 kata..tp harus saya 'kebiri' jadi 500 kata saja...
BalasHapusSelalu Ndre. Karena itu sampai sekarang saya terus belajar tentang budaya dan ajaran Sunda. Doakan.
BalasHapusAmin :)
BalasHapusHatur nuhun nu kasuhun...Leres Neng seeur keneh anu reeus kana Sunda. Ngan ku kituna ngan sakedik anu wantun ngaluarkeunnana.
BalasHapusBagus, dew. Tinggal teknis ejaan dikit-dikit :)
BalasHapusPendidikan keur balarea, ulah sok dibeda-beda.
BalasHapusUrang hapus anggapan sepuh Sunda kapungkur anu nganggap isteri mah teu kedah sakola luhur-luhur da ceunah ahirna bakal lumpat ka dapur.
Hurip urng Sunda! Buktikeun yen urang sunda ge mibanda budaya nu luhung, nilai-nilai nu aya lin ngan ukur sawates jargon/slogan.. tapi eta teh pirang nu nyata,
BalasHapusSalam ti Garut, hahha
siap cheee syuudah diperbaikiiii nuhuunnn
BalasHapusTah etaaaaaa! Hapuskan oposisi biner!
BalasHapusmari kita reformasi pendidikan mulai dari sekolah terkecil,,,, keluarga :)
BalasHapusKereeen Dindaa...tulisan dengan pemikiran-pemikiran yang cemerlang. siiip setuju..Pendidikan yang bernilai Filosopi Sunda: cageur-Bageur-Pinter. Semoga benar-benar menjadi Anggota DPD perwakilan Jawa Barat. Aamiiin..
BalasHapus*Teruslah menulis..^^
1.Proses perbaikan pendidikan harus memerhatikan nilai-nilai lokal, 2. Agar pendidikan dan kebudayaan bersatu, memperkokoh Jawa Barat!<---mantap sebagai senator Provinsi Jawa Barat yang memahami daerahnya pasti akan menggali nilai-nilai budaya lokal sebagai kekuatan budaya nasional...
BalasHapusThe Great Sunda is still alive yahhh! Salam ti Bandung!!!
BalasHapusAwesome, great article! Semakin terpacu untuk mempelajari basa sunda :)
BalasHapusOke Bang, aku tunggu Abang berkeluarga. Biar nanti saya jadikan subjek penelitian. Boleh?
BalasHapusSinger na kakantun..hihihi...hatur nuhun :*
BalasHapusSemoga...terimakasih :)
BalasHapusYuk geura guligah diajar basa sunda :)
BalasHapusGreat writing! :D
BalasHapusBut I don't see something bad in international school.. Well, we're facing globalization so that may be the international schools are only the impact of it.
Lanjutkan dew! °\(^▿^)/°
Emang ga jelek sha, masalahnya satu... Ditengah banyaknya international school itu, pendidikan Jawa Barat malah *melempem*
BalasHapusMari lanjutkan :)
nah itu tanggung jawab kita buat mempertahankan nilai budaya seperti kata andreas :D
BalasHapushahaha... jangan lah kalo jadi objek penelitian :)
BalasHapusAyolah, bermurah hatilah hahaha...
BalasHapus